MEMAHAMI MAKNA SANTRI
SANTRI berasal dari kata INSAN dan TRI. INSAN adalah seseorang yang telah sadar, dan kesadarannya muncul karena akal yang diberikan Allah, digunakan untuk bertafakur billah yang tercahayai nur ilahi, sehingga membangkitkan kesadaran sosok hamba Allah yang Al-faqier (orang yang butuh mengenal Tuhanya) yang merupakan simbol hamba yang tekadnya luar biasa kuatnya, agar dapat selamat kembali pulang bertemu dengan Diri-Nya lagi (khusnul khotimah).
Dengan kesadaran yang nyata-nyata al-faqir atas dirinya yang tidak hanya apes, hina, nista dan tidak bisa apa-apa. Bahkan sebenarnya memang benar-benar nafi, tidak wujud dan tidak ada. Oleh karena itu jihadun nafsinya guna memenuhi amanah Al-Haq-Nya. Semata-mata demi membuktikan kalimah nafi yaitu ”laa ilaaha”, hingga apa saja selain Tuhannya, termasuk wujud jiwa raganya, harus dapat ditiadakan sama sekali. Supaya tidak menjadi hijabnya mata hati dalam membuktikan kandungan makna kalimah itsbat, yakni ”Illallah” hingga hanya Diri Ilahi yang satu-satu-Nya nyata dalam rasa hati. Sadar sebagai hamba yang disebut oleh firman-Nya Qur’an Surat Fatir ayat 15:
يآأَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءَ إِلىَ اللهِ, وَاللهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ
Hai manusia, kamulah yang al-faqier (yang berkehendak kepada Allah), sesungguhnya Allah, Dia-lah Dzat yang maha kaya lagi maha terpuji.
Oleh karena itu Supaya tidak akan merasakan penyesalan yang mengerikan selama-lamanya, dalam kehancuran dan kebinasaan di tempat sesat bersama iblis, jin dan syaitan, harus membangkitkan niat dan tekad di dalam rasa hatinya butuh mengenali-Nya, butuh ampunan-Nya, butuh belas kasih sayang-Nya, butuh pertolongan-Nya, butuh berjumpa dengan-Nya, butuh lengket dengan-Nya, Dzat Yang Maha Kaya (tidak kurang suatu apa) dan Maha Terpuji serta butuh Syafa’at Rasul Utusan-Nya”.
Dengan demikian ”Maka harus mempunyai tekad jihadunnafsi guna seutuhnya mengikuti jejak para Malaikat-Nya Allah. Sepenuh hati rela memenuhi perintah Allah berlaku sujud kepada wakilNya Allah yang ada di bumi. Sujud yang dimaksud adalah menghormati dan mendidik serta melatih diri supaya benar-benar taat kepada Allah dan rasulNya.
TRI adalah 3 (tiga) hal penting, sebab hanya INSAN inilah yang dapat mengamalkan 3 hal penting tersebut yaitu: (1) Iman, Islam, dan Ihsan; (2) Ilmu, Amal, dan Taqwa; dan (3) Al-kitab, Al-hikmah, dan An-Nubuwah. Dan untuk menjadi santrinya rasul maka sudah seharusnya berusaha mengamalkan makna santri hingga ajal menjemputnya. Nabi Muhammad SAW memerintahkan dalam hadistnya:
اُطْلُبُوا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلَى اللَّحْدِ (رَوَاهُ بُخَارِ)
Carilah ilmu sejaka dari ayunan sampai ke liang lahat” (HR. Bukhori)
Mencari ilmu sejak dari ayunan berarti mencari ilmu sejak dari fitrah jati dirinya sendiri. Fitrah jati diri yang kita ini juga dalam keadaan ma’rifat kepada-Nya. Menyaksikan (melihat dengan mata hati) Dia Zat Yang Satu-Satu-Nya Ujud dan Ada. Dan barang siapa yang belum dapat menyaksikan Tuhan, saat ini hingga paripurnanya dunia ini, senantiasa diperintah Allah untuk bertanya kepada “Ahla Dzikri / Rasul-Nya”. Sebagaimana firman-Nya.
فَسْئَلُوْا أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٧
Maka bertanyalah kepada ahladz dzikri (orang yang ahli mengingat Tuhan) jika kamu tidak mengetahui (Zat Tuhan dan Ilmu Dzikir), (QS. 16/An-Nahl: 43; juga QS. 21/Al-Anbiya: 7)
MOTTO SANTRI
1. Beriman dan Bertakwa (Mu’min Muttaqin)
Memiliki keimanan yang kokoh, menjalankan ibadah dengan baik dan benar, serta menjadikan takwa sebagai fondasi dalam seluruh aspek kehidupan.
2. Berkepeduli Sosial dan Berakhlak Karimah
Mempunyai kepekaan sosial yang tinggi, terbiasa membantu dan melayani, serta siap berkontribusi secara nyata bagi umat, bangsa dan lingkungan. Menjunjung tinggi adab dan etika dalam kehidupan sehari-hari; santun dalam bertutur kata, hormat kepada orang tua dan guru, serta memiliki kepedulian terhadap sesama.
3. Berilmu, Beramal dan Berwawasan Luas
Menguasai ilmu-ilmu agama dan umum secara seimbang, memberikan manfaat untuk masyrakat banyak, mampu berpikir logis, kritis dan terbuka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Bermental Rabbani dan Tangguh Spiritual
Menjadikan Al-Qur’an sebagai tuntunan hidup, terbiasa dengan dzikir, doa dan muhasabah diri. Mampu menjaga integritas spiritual di tengah tantangan zaman.
5. Mandiri dan Bertanggung Jawab
Mampu mengelola diri, waktu, tugas dan sumber daya secara efisien. Berani mengambil keputusan, siap memimpin maupun dipimpin, dan tidak mudah bergantung pada orang lain.
6. Terampil dan Produktif
Memiliki keterampilan hidup (life skill), termasuk dalam bidang komunikasi, organisasi, kepemimpinan, dan kewirausahaan. Siap berkarya dan berkontribusi nyata bagi masyarakat.
7. Aktif, Kreatif, dan Berprestasi
Memiliki semangat juang, percaya diri, inovatif, dan siap bersaing di tingkat lokal, nasional maupun global dalam bidang akademik maupun non-akademik.